JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi menargetkan nilai komoditas yang diikutsertakan dalam skema resi gudang dapat naik hampir lima kali lipat dari Rp8,68 miliar pada 2010 hingga menembus Rp40 miliar sampai dengan akhir 2011.
Syahrul R Sempurnajaya, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), mengatakan sepanjang kuartal I tahun ini terjadi lonjakan pencapaian program resi gudang.
Dia mengatakan kenaikan itu dipengaruhi
faktor mulai terpenuhinya kelengkapan sarana gudang, berjalannya proses pendampingan, dan bantuan sejumlah pemerintah daerah di lokasi gudang.
Di sisi lain, lanjutnya, peraturan tentang pemberian subsidi bunga kredit resi gudang bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan koperasi juga turut mendorong minat petani dalam memanfaatkan skema tersebut.
Dia optimistis kenaikan pencapaian program resi gudang tersebut dapat berlanjut hingga penghujung tahun jika sosialisasi dan dorongan stakeholder terus ditingkatkan.
“Gudang-gudang yang dibangun 2009 dan 2010 mulai menunjukkan kinerjanya. Jika melihat perkembangan SRG, saya yakin pencapaian tahun ini dapat melonjak 500% dan nilai komoditas yang diikutsertakan dapat melampaui target Rp40 miliar,” katanya, Senin (25/4).
Berdasarkan data Bappebti, sepanjang Januari 2011 hingga hari ini, pihaknya telah menerbitkan 103 resi gudang yang mencakup 3.976,2 ton komoditas pangan dengan nilai Rp16,16 miliar.
Volume dan nilai komoditas tersebut melonjak masing-masing 73% dan 86,25% dibandingkan pencapaian sepanjang 2010 sebanyak 2.299,94 ton dengan nilai Rp8,68 miliar. Adapun jumlah resi yang diterbitkan sepanjang tahun tersebut sebanyak 57 resi.
Di sisi lain, pada tahun ini pihaknya berencana membangun 15 gudang di Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Gorontalo.
Nizarli, Sekretaris Bappebti, mengatakan akan membangun 15 gudang baru di lima provinsi dengan menggunakan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah. Nilai pembangunan masing-masing gudang bervariasi mulai Rp4 miliar – Rp6 miliar dengan kapasitas berkisar 1.500 ton – 2.000 ton.
Dia menuturkan 15 gudang baru itu akan dibangun dengan sarana lengkap seperti pengering untuk mendapatkan hasil produksi dengan kadar air sesuai standar.
“Karena 15 gudang baru itu berlokasi di sentra-sentra jagung, maka komoditas yang diincar adalah jagung. Sebelum ini kami fokus mengembangkan gudang untuk gabah,” katanya.
Dia menuturkan sampai dengan saat ini komoditas yang diikutsertakan dalam pengembangan skema resi gudang adalah pangan yaitu gabah, jagung, dan beras. “Sampai dengan saat ini baru tiga komoditas itu yang berkembang dalam skema resi gudang karena terkait ketahanan pangan. Komoditas ekspor memang belum [diikutsertakan dalam skema resi gudang],” katanya.
Dia memaparkan volume gabah yang diikutsertakan dalam skema resi gudang mencakup 6.839,82 ton dengan nilai Rp26,30 miliar. Selain itu, volume jagung mencapai 126,25 ton dengan nilai Rp268,14 juta dan volume beras mencapai 33 ton dengan nilai Rp255,75 juta.
“Sekarang sedang dikembangkan dengan swasta gudang-gudang untuk komoditas kopi, kakao, cokelat, dan lada. Rumput laut baru akan dimulai,” katanya.
Sejak diluncurkan pada 2008 hingga saat ini Bapebbti sudah menerbitkan 192 resi dengan total volume 6.999,08 ton dan nilai Rp26,83 miliar. Skema tersebut telah dilakukan di 18 daerah yaitu Banyumas, Karanganyar, Jombang, Indramayu, Cianjur, Banyuwangi, Sidrap, Pinrang, Subang, Probolinggo, Bantul, Mojokerto, Jepara, Nganjuk, Madiun, Kudus, Gowa, dan Barito Kuala. jk
Syahrul R Sempurnajaya, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), mengatakan sepanjang kuartal I tahun ini terjadi lonjakan pencapaian program resi gudang.
Dia mengatakan kenaikan itu dipengaruhi
faktor mulai terpenuhinya kelengkapan sarana gudang, berjalannya proses pendampingan, dan bantuan sejumlah pemerintah daerah di lokasi gudang.
Di sisi lain, lanjutnya, peraturan tentang pemberian subsidi bunga kredit resi gudang bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan koperasi juga turut mendorong minat petani dalam memanfaatkan skema tersebut.
Dia optimistis kenaikan pencapaian program resi gudang tersebut dapat berlanjut hingga penghujung tahun jika sosialisasi dan dorongan stakeholder terus ditingkatkan.
“Gudang-gudang yang dibangun 2009 dan 2010 mulai menunjukkan kinerjanya. Jika melihat perkembangan SRG, saya yakin pencapaian tahun ini dapat melonjak 500% dan nilai komoditas yang diikutsertakan dapat melampaui target Rp40 miliar,” katanya, Senin (25/4).
Berdasarkan data Bappebti, sepanjang Januari 2011 hingga hari ini, pihaknya telah menerbitkan 103 resi gudang yang mencakup 3.976,2 ton komoditas pangan dengan nilai Rp16,16 miliar.
Volume dan nilai komoditas tersebut melonjak masing-masing 73% dan 86,25% dibandingkan pencapaian sepanjang 2010 sebanyak 2.299,94 ton dengan nilai Rp8,68 miliar. Adapun jumlah resi yang diterbitkan sepanjang tahun tersebut sebanyak 57 resi.
Di sisi lain, pada tahun ini pihaknya berencana membangun 15 gudang di Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Gorontalo.
Nizarli, Sekretaris Bappebti, mengatakan akan membangun 15 gudang baru di lima provinsi dengan menggunakan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah. Nilai pembangunan masing-masing gudang bervariasi mulai Rp4 miliar – Rp6 miliar dengan kapasitas berkisar 1.500 ton – 2.000 ton.
Dia menuturkan 15 gudang baru itu akan dibangun dengan sarana lengkap seperti pengering untuk mendapatkan hasil produksi dengan kadar air sesuai standar.
“Karena 15 gudang baru itu berlokasi di sentra-sentra jagung, maka komoditas yang diincar adalah jagung. Sebelum ini kami fokus mengembangkan gudang untuk gabah,” katanya.
Dia menuturkan sampai dengan saat ini komoditas yang diikutsertakan dalam pengembangan skema resi gudang adalah pangan yaitu gabah, jagung, dan beras. “Sampai dengan saat ini baru tiga komoditas itu yang berkembang dalam skema resi gudang karena terkait ketahanan pangan. Komoditas ekspor memang belum [diikutsertakan dalam skema resi gudang],” katanya.
Dia memaparkan volume gabah yang diikutsertakan dalam skema resi gudang mencakup 6.839,82 ton dengan nilai Rp26,30 miliar. Selain itu, volume jagung mencapai 126,25 ton dengan nilai Rp268,14 juta dan volume beras mencapai 33 ton dengan nilai Rp255,75 juta.
“Sekarang sedang dikembangkan dengan swasta gudang-gudang untuk komoditas kopi, kakao, cokelat, dan lada. Rumput laut baru akan dimulai,” katanya.
Sejak diluncurkan pada 2008 hingga saat ini Bapebbti sudah menerbitkan 192 resi dengan total volume 6.999,08 ton dan nilai Rp26,83 miliar. Skema tersebut telah dilakukan di 18 daerah yaitu Banyumas, Karanganyar, Jombang, Indramayu, Cianjur, Banyuwangi, Sidrap, Pinrang, Subang, Probolinggo, Bantul, Mojokerto, Jepara, Nganjuk, Madiun, Kudus, Gowa, dan Barito Kuala. jk
Sumber :http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962119c96ddf93e76a66702024be9a7885b
0 komentar:
Posting Komentar