Kamis, 27 Januari 2011

KAMPOENG TEKNOLOGI JEPARA


DPR-RI siap memberikan dukungan pada pengembangan kampung teknologi di Jepara. Hal ini disampaikan anggota Komisi VII DPR-RI Ir. H. Daryatmo Mardiyanto, di Kampung Teknologi, Pakis Aji, Suwawal Timur Kecamatan Pakisaji, Kamis (8/7), saat melakukan kunjungan kerja bersama Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) di lokasi tersebut. Rombongan diterima Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo, MM, Ketua DPRD Yuli Nugroho, SE, para pejabat, dan stake holders terkait. Albert Yaputra, S.Sos., anggota Komisi VII yang lain juga hadir di lokasi.

“Bagaimana kami bisa mendesak Badan Anggaran dan Menteri Keuangan untuk mengalokasikan anggaran yang cukup kalau Pemkab Jepara dan Kementerian Ristek sampai sejauh ini belum memiliki MoU (Memorandum of understanding -red) pengembangannya,” kata wakil rakyat dari PDI-P. Padahal, secara umum keungan negara juga sangat terbatas sehingga pembagian anggaran dilakukan dengan prinsip merata.
“Jadi silakan MoU direalisasikan secepatnya, sebelum dilakukan pidato keuangan APBN 2011,” katanya.
Hal ini disampaikan Daryatmo untuk
menanggapi keluhan minimnya alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pengembangan program tersebut. Keluhan disampaikan oleh Deputi Bidang Jaringan Iptek Prof. DR. Syama Ardisasmita, DEA, yang mendapatkan kesempatan berbicara lebih awal.

“Kita memerlukan sinergi fungsional untuk merealisasikannya karena anggaran yang ada pada kami hanya Rp. 4 milyar untuk lima lokasi sejenis,” katanya. Kementerian Ristek bersama Batan. LIPI, perguruan tinggi, Balitbang Provinsi Jawa Tengah, dan lembaga lain, siap memberikan dukungan teknologi untuk merealisasikan kampung teknologi.

Kampung teknologi merupakan kawasan pengembangan sektor ekonomi strategis daerah berbasis teknologi. Dirintis di Pakisaji sejak tahun 2007, area ini diproyeksikan memiliki tiga klaster unggulan masing-masing klaster agrotechnopark, klaster ecopark, dan klaster technopark. Lokasi  yang terletak di Desa Suwawal Timur, Kecamatan Pakisaji, berada pada lahan seluas 110 hektare yang dikelola unit Agribisnis Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Jepara.

Kawasan agrotechnopark merupakan kawasan untuk pengembangan sektor pertanian berbasis teknologi. Kawasan technopark diarahkan untuk pengembangan sektor industri pengolahan berbasis teknologi. Sedangkan kawasan ecopark merupakan area wisata edukatif.

Staf Ahli Menristek Bidang Pangan DR. Masrizal mengatakan, konsep agrotechnopark menjadi salah satu pusat alih teknologi percontohan kepada masyarakat. Namun, sebagaimana diungkapkan sebelumnya oleh Syama Ardisasmita, Kampung teknologi Jepara tak sekedar itu. “Seperti ATP, namun (ini) tidak sekedar model pertanian terpadu (agroteknopark) tetapi dipadukan dengan technopark yang meliputi industri pengolahan. dan kerajinan, serta dpadukan juga dengan ecopark yang terdiri dari wisata alam, aneka permainan, dan kebun raya mini,” katanya.

Menurut bupati, untuk memulai kegiatan bisnis di kawasan itu sebagaimana masterplan yang ada, dibutuhkan investasi sebesar Rp. 247,9 milyar. Jumlah itu merupakan akumulasi kebutuhan kawasan agrotechnopark Rp.  87 milyar, kawasan ecopark Rp. 108 milyar, dan kawasan technopark Rp.  52 milyar. Minimnya keuangan mengakibatkan pembangunannya masih tersendat. Belum lagi kendala terbatasnya kapasitas sumberdaya iptek serta terbatasnya SDM pengelola yang memiliki.

Namun sejumlah kegiatan berbasis teknologi telah dilakukan sebagai bagan dari pengembagan kampung teknologi. Di antara tahapannya, dilakukan perencanaan, desain blockplant, hingga Detail Engineering Design (DED). Uji coba pembibitan sapi dengan teknologi sperma sexing, ujicoba pembibitan kambing dengan teknologi laser, sampai budidaya kacang tanah rendah aflatoxin telah dilakukan.Demikian juga dengan ujicoba penerapan teknologi distribusi air dengan teknologi springkler rotator, serta beberapa ujicoba budidaya dan pelatihan pascapanen kacangtanah.

Terdapat deret panjang lembaga yang berkontribusi dalam pengembangan-pengembangan tersebut. Selain Kementerian Negara Riset dan Teknologi serta Badan Litbang DPU RI dan BATAN, juga terdapat kontribusi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balitbang Propinsi Jawa Tengah, dan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta. Perguruan tinggi ini ternama di antaranya menyediakan teknologi mesin pengering kacang tanah yang mampu membebaskan komoditas itu dari jamur kacang aflatoxin

sumber : http://jeparapromo.com/2010/07/pengembangan-kampung-teknologi/

1 komentar: