Senin, 31 Januari 2011

Menristek Ajak Masyarakat Jepara Swasembada Sapi

Produksi daging dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar yang terus meningkat. Peningkatan kebutuhan tersebut belum dapat dipenuhi oleh produksi dari dalam negeri, sehingga untuk memenuhinya Indonesia masih mengimpot sekitar 900.000 ekor sapi potong pertahun dan daging beku.

Berdasarkan kenyataan tersebut, Menristek Kusmayanto Kadiman mengajak masyarakat Jepara untuk terus mengembangkan peternakan sapi sebagai salah satu unggulan daerah, agar Indonesia dapat berswasembada sapi.  Penyampaian ini disampaikan pada acara temu bisnis “Pengembangan Usaha Peternakan Sapi berbasis Teknologi�, di Lahan Agribisnis Pakis Adhi Desa Suwawal Kec. Pakis, Jepara, 24 Juli 2009.

Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari BPPT, BRI, PT. Sasongko Prima selaku importi sapi, Perusahaan daerah Jepara, Kelompok Usaha Ternak Sapi, Koperasi Usaha Ternak dll, Pelaku usaha/pengusaha ternak sapi, Kantor Penanaman Modal Kabupaten Jepara dan Badan Penanaman Modal Propinsi Jateng serta Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jepara, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah.

Menurut Menristek, beberapa cara yang dapat dilakukan agar swasembada sapi dapat tercapai adalah dengan menyediakan pakan ternak dengan kandungan yang baik dengan memanfaatkan
bahan setempat, membuat regulasi yang tepat seperti tidak menjual sapi betina, tidak membuat perkawinan sapi antara anak sapi dengan induknya agar tidak inbriding inses sehingga harus kawin silang, pemeliharaan dengan baik.

Program dari desa kembali ke desa, sarjana masuk desa dan permodalan serta pemasaran dalam usaha tani juga perlu perhatian seperti kredit BRI, dengan diskon bunga dari pemerintah pusat dan kabupaten, menciptakan pasar yang menguntungkan petani dan pembeli.

Didalam temu bisnis juga diadakan diaolog antara Menristek dengan masyarakat agar masalah-masalah yang dihadapi oleh masayarakat dapat segera terjawab langsung.  Saat menanggapi pertanyaan salah satu anggota kelompok tani tentang banyaknya limbah kotoran sapi dan limbah jagung, Menristek mengatakan bahwa limbah dengan sentuhan teknologi akan bernilai ekonomi. Kotoran sapi dengan sentuhan teknologi dapat menghasilkan biogas yang dapat dipergunakan sebagai bahan alat penerang, alat memasak dll. Demikian juga limbah jagung dapat dibuat campuran pakan ternak dan bahan bakar.

Didalam hal ini cerita sukses dari peternak di Jawa Barat, dimana salah seorang mendapat bantuan dan 350 juta untuk pembuatan kandang, 15 ekor sapi potong dan 15 ekor sapi perah telah berhasil mengembangkan petrnakan sapi tersebut, membuat biodiesel dan megelola jasa transportasi.

Menurut Carunia Mulya Firdausy, Deputi Dinamika Masyarakat Ristek acara temu bisnis ini bertujuan untuk menerapkan  teknologi baik dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian, disesuaikan dengan kebutuhan pelaku usaha sehingga teknologi dapat berperan meningkatkan pertumbuhan  usaha peternakan sapi, meningkatkan  keberpihakan perbankan terhadap usulan-usulan kredit peternakan sehingga bisnis peternakan sapi dapat lebih  berkembang dan terbangunnya usaha agribisnis peternakan sapi di Kawasan Agrotechnopark Kampung Teknologi Jepara, yang merupakan tahap awal untuk menuju terbentuknya Sentra-sentra Produksi Komoditas Unggulan Peternakan di Kabupaten Jepara.

Salah satu falsafah/filsafat sapi yang baik adalah sapi merupakan singkatan dari sak pikiran, sae pikiran. Jika falsafah ini digunakan oleh para pemimpin di Jepara maka akan makmurlah Jepara karena dengan satu pikiran dan dengan pikiran yang baik maka semuanya akan berjalan dengan baik.(humasristek)

sumber :  http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=3996

0 komentar:

Posting Komentar